Epilog (sebuah puisi dwibahasa)


EPILOG

1
Mimpi buruk baru mulai begitu bangun
– ketika terjaga dan kau tiada:
usia yang berjatuhan dari plafon kamar
rambut dan janggut yang memanjang
dan batuk dan kantuk yang terus datang

2
Seseorang memainkan minute waltz;
merayakan kehilangan – barangkali
seraya membayangkan rupa Potocka
yang membius dan kudus

3
Nat dan Gates menggigil kedinginan
di putih paha perempuan remaja
yang terbuka. Soekarno berbusa
bicara Asia-Afrika yang ceria
pada akhirnya, tanpa Eropa

4
Tiga petani bersamaan menggantung diri.
Tapi Tuhan tak mati. Tidak di Gaza
Hiroshima atau Treblinka
atau setelah dibunuh berkali-kali

5
Matahari meninggalkan luka bakar
di langit barat, Senin sore yang sepi
Aku berhenti pergi menemui Chomsky
di kedai kopi yang sepi
membaca bukan apa-apa
lalu terluka


2013



THE EPILOGUE

1
Nightmare is just started when waking up
– when awake and you are not exist:
ages fall down from bedroom ceiling
lengthened hair and beard
and continually come cough and drowsiness

2
Someone plays minute waltz;
celebrates the loss – perhaps
while imagining the anaesthetizing
and holy Potocka’s appearance

3
Nat and Gates are shivered by cold
in the open adolescent girl’s white
thigh. Soekarno is foaming talking
about the happy Asia-Africa
finally, without Europe

4
Three farmers hung themselves at one time.
But God does not die. Not even in Gaza,
Hiroshima nor Treblinka
nor after had been killed for many times

5
Sun leaves scorch
on the west sky, a dull Monday afternoon
I stop going to meet Chomsky
in a slack coffee house
read nothing
and pained


2013

Komentar

Postingan Populer